Kelapa sawit menjadi salah satu komoditas andalan yang memiliki kontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Akan tetapi, lonjakan permintaan kerap tidak sejalan dengan kelancaran proses produksi. Salah satu masalah krusial yang rutin dihadapi adalah serangan hama dan penyakit kelapa sawit.
Realitanya, serangan hama dan penyakit pada kelapa sawit mampu menekan tingkat produktivitas secara drastis. Kondisi tersebut bahkan dapat mengakibatkan kerugian besar jika tidak segera diatasi. Oleh karena itu, memahami jenis hama dan penyakit paling berbahaya adalah langkah awal untuk mencegah penurunan hasil panen.
Hama dan Penyakit Kelapa Sawit
Berikut beberapa jenis hama dan penyakit yang sering menyerang perkebunan kelapa sawit dan terbukti menurunkan hasil panen:
Baca Juga: 6 Alasan Beralih ke Teknologi Drone untuk Pertanian Modern
Ulat Api (Setora Nitens)
Ulat api menyerang daun kelapa sawit dengan cara mengkonsumsi jaringan daun, sehingga fungsi fotosintesis menjadi terganggu. Jika tidak ditangani secara tepat, hama ini dapat menimbulkan defoliasi yang berakibat pada penurunan produktivitas hingga sekitar 40%.
Ulat Kantong (Metisa Plana)
Ulat kantong menyerang daun sawit muda. Hama jenis ini membungkus dirinya dengan serat daun sehingga sulit dideteksi. Populasi ulat kantong yang berlebihan mengurangi energi yang dibutuhkan tanaman sawit untuk pertumbuhan dan produksi buah.
Kumbang Tanduk (Oryctes Rhinoceros)
Kumbang tanduk kerap menyerang bagian pucuk kelapa sawit, terutama tanaman muda. Serangan serangga yang juga disebut oryctes ini dapat merusak titik tumbuh, sehingga batang menjadi cacat atau bahkan mati.
Ganoderma (Ganoderma Boninense)
Ganoderma adalah salah satu penyakit paling mematikan bagi kelapa sawit. Penyakit ini menyerang akar maupun batang, dan menyebabkan pembusukan hingga pohon roboh. Kerugian akibat serangan ganoderma tergolong tinggi, karena penyebarannya berlangsung cepat serta sulit untuk dikendalikan.
Busuk Pangkal Batang (Basal Stem Rot)
Penyakit ini umumnya disebabkan oleh infeksi jamur tanah. Gejala yang tampak adalah batang menguning dan daun kering, yang berujung pada matinya pohon. Penyakit busuk pangkal batang menjadi salah satu penyebab utama penurunan produksi di banyak perkebunan sawit skala besar.
Solusi Hama dan Penyakit Kelapa Sawit
Salah satu cara terbaik mencegah sekaligus mengatasi serangan hama dan penyakit pada kelapa sawit adalah dengan penyemprotan pestisida atau obat khusus menggunakan drone pertanian. Teknologi ini semakin populer, karena terbukti mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi dibanding metode manual.
Berikut beberapa keunggulan penggunaan drone pertanian untuk pengendalian hama dan penyakit kelapa sawit:
Distribusi Lebih Merata
Drone mampu menyemprotkan cairan pestisida secara konsisten hingga ke bagian daun paling atas yang sulit dijangkau pekerja manual.
Hemat Waktu dan Tenaga
Luasnya perkebunan sawit membuat penyemprotan manual memakan banyak waktu. Namun, hal itu tidak menjadi masalah apabila menggunakan drone. Sebab, benda canggih ini dapat menyelesaikan penyemprotan puluhan hektare dalam beberapa jam.
Akurasi Tinggi
Didukung teknologi sensor cerdas, drone mampu menyesuaikan volume semprotan sesuai kondisi dan kebutuhan tanaman. Ini mencegah pemborosan pestisida dan lebih ramah terhadap lingkungan.
Monitoring Kondisi Tanaman
Drone dengan sensor multispektral tidak hanya berfungsi untuk penyemprotan, tetapi juga mampu mengidentifikasi area yang terindikasi penyakit sejak dini. Dengan analisis vegetasi, area yang sakit dapat segera ditangani sebelum menyebar luas.
Kesimpulan
Jika tidak ditangani secara cepat, kerugian dapat mencapai miliaran rupiah dalam satu siklus produksi. Karenanya, segeralah bertindak sebelum hama dan penyakit kelapa sawit membuat hasil panen Anda menurun signifikan.
Langkah terbaik untuk mencegah kondisi tersebut adalah dengan penyemprotan pestisida menggunakan drone pertanian. Anda pun dapat sekaligus memantau kesehatan tanaman dengan bantuan drone pertanian yang punya sensor multispektral.
Dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit, terdapat sejumlah drone pertanian yang direkomendasikan, antara lain:
- DJI Agras T25 dan T25P sangat cocok untuk mewujudkan pertanian presisi di perkebunan berskala kecil hingga menengah.
- DJI Agras T50 menjadi pilihan ideal untuk perkebunan skala besar yang membutuhkan daya angkut besar dan jangkauan luas.
- DJI Agras T100 menjadi solusi ideal untuk perkebunan berskala besar dengan kebutuhan industri.
- Mavic 3 Multispectral adalah drone yang dilengkapi sensor multispektral, berfungsi untuk pemetaan serta analisis kondisi kesehatan tanaman dengan presisi tinggi.
Dapatkan drone pertanian Anda, hanya di Tribuana Solusi Inovasi Teknologi (TSIT). Sebagai authorized dealer dan distributor untuk drone DJI Agras dan DJI Mavic di Indonesia, TSIT tidak hanya menyediakan unit saja. Kami juga menyediakan spare part original, jasa servis, hingga aftersales yang memanjakan pelanggan.
Jadwalkan demo drone DJI Agras untuk perkebunan atau persawahan Anda bersama TSIT dengan klik hubungi kami!